Dalam dunia kerja, salah satu tahapan seleksi yang harus dilalui seorang kandidat adalah menjalani proses wawancara. Tahapan ini dapat dilakukan pada awal ataupun di akhir proses seleksi. Biasanya tergantung pada kebijaksanaan dan kebiasaan yang dilakukan oleh perusahaan masing-masing. Jenis wawancara yang dilakukan juga bermacam-macam.MENURUT psikolog pengembangan SDM Maria Elvira dari Putik Psychology Center Balikpapan, wawancara awal biasanya dilakukan untuk melihat kompetensi yang dimiliki dengan posisi yang akan diisi, biasanya berdasarkan latar belakang pendidikan ataupun pengalaman yang telah dimiliki. Sedangkan wawancara akhir adalah untuk mengonfirmasikan dan melihat kesungguhan kandidat akan pekerjaan yang diinginkannya serta penerimaan diri, jika kandidat diterima di perusahaan tersebut.
Dikatakannya, meskipun wawancara untuk mendapatkan pekerjaan bukanlah suatu hal yang menakutkan, namun sebagian besar kandidat merasa kesulitan untuk dapat melakukan wawancara dengan baik. Apalagi kebanyakan kandidat pernah mengalami kegagalan di awal wawancara, sehingga tahapan ini dianggap sebagai momok oleh para pencari kerja. Oleh karena itu bagi kebanyakan pencari kerja, sebaiknya terlebih dahulu mencari fakta-fakta yang perlu diketahui tentang bagaimana cara menghadapi wawancara kerja. Sehingga dengan adanya fakta-fakta tersebut akan lebih memudahkan dan membantu kandidat dalam menghadapi dan mengatasinya.
“Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan pekerjaan. Dalam wawancara ada dua sudut pandang yang terjadi, yaitu sudut pandang pemberi kerja dan pencari kerja,” terang wanita yang akrab di sapa Evi ini.
Nah, dari sudut pandang pencari kerja, wawancara memiliki arti to sell yourself. Memberikan kesempatan untuk berbagi informasi tentang pencari kerja dan kebutuhannya, sejarah perusahaan, lingkungan kerja, aktivitas bisnis, dan rencana masa depan. Barulah kemudian dapat memutuskan, apakah pekerjaan tersebut memang sesuai untuknya.
Sementara dari sudut pandang pemberi kerja, melalui wawancara kerja mereka dapat mempelajari bakat, minat, kepribadian, pengalaman kerja, pendidikan dan motivasi kandidat. Wawancara kerja membantu pemberi kerja dan organisasi untuk menemukan kandidat yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Wawancara pertama adalah proses untuk saling mempelajari kedua belah pihak dan haruslah merupakan dialog dua arah.
“Wawancara kerja bukanlah masalah keberuntungan. Tetapi masalah persiapan, yang memerlukan keahlian atau skill. Jika persiapan tidak matang, meskipun begitu bagus di atas kertas. Hal tersebut belum menjadi jaminan,” jelasnya.
Untuk memudahkan saat diwawancarai, sebaiknya si kandidat pelamar terlebih dahulu mempelajari perusahaan tempat ia melamar, seperti sejarah perusahaan, produk dan servis yang dijual dan lokasi perusahaan. Bisa juga mencari data laporan tahunan perusahaan, berita atau literature lainnya. Atau, bisa juga mempelajari perusahaan pencari kerja melalui internet. Bicaralah dengan orang yang sudah bekerja di sana, atau dengan orang-orang yang tahu tentang perusahaan tersebut. Jadi, saat pe-wawancara bertanya tentang pengetahuan yang kita miliki mengenai perusahaan tersebut (hal ini selalu ditanyakan oleh pewawancara), maka pastinya akan mengejutkan mereka karena pengetahuan yang dimiliki sudah lengkap dan jelas., tanpa harus mengatakan “Aduh, saya tidak tahu”. Pastikan juga mengetahui bagaimana cara untuk sampai ke perusahaan tersebut dan berapa lama waktunya.
“Tidak ada alasan untuk terlambat. Mendatangi perusahaan yang bersangkutan dan memperoleh informasi yang bisa didapatkan sebelum hari wawancara akan sangat membantu. Setidaknya sudah menghilangkan satu kekhawatiran,” papar Evi.
Apa pun pertanyaannya, hubungkan jawabannya dengan pekerjaan. Berlatihlah berjabatan tangan untuk bisnis dan bagaimana memperkenalkan diri Anda. Salah satu alasan kenapa pencari kerja menerima seseorang adalah karena pewawancara merasa nyaman bersama anda dan yakin bahwa Snda akan diterima oleh karyawan yang lainnya, atau dengan kata lain, pewawancara menyukai Snda. Pewawancara memberi Anda kesempatan untuk menunjukkan kepribadian, intelektualitas, bakat dan minat Anda.
“Jangan memakai apa pun yang dapat mengalihkan perhatian pewawancara. Berpakaianlah secara konservatif. Beberapa buku mengatakan bahwa Anda sebaiknya berpakaian untuk pekerjaan yang sedang Anda kejar. Tapi ada baiknya berpakaian lebih baik dari itu, karena Anda tidak datang untuk bekerja tapi datang untuk wawancara. Baik pria maupun wanita sebaiknya memakai pakaian berwarna gelap,” tambah wanita yang tinggal di Jl Markoni Balikpapan Selatan ini.
Ditambahkan Evi, penampilan dan tindakan seorang pencari kerja akan menentukan irama dari wawancara. Resepsionis, sekretaris, dan pewawancara tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengenal kandidat. Jadi penilaian terhadap karakter, kompetensi dan kemampuan didasarkan pada penampilan dan tindakan si pelamar kerja.(*/dha)
Sumber : http://www.kaltimpost.web.id
0 komentar:
Posting Komentar